Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung melemah pada perdagangan Selasa (25/4/2023), di mana investor di kawasan tersebut juga menanti laporan keuangan perusahaan teknologi raksasa pada pekan ini.
Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,5% dan Shanghai Composite China naik tipis 0,07%.
Sedangkan untuk indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,28%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,35%, dan KOSPI Korea Selatan turun tipis 0,06%.
Sementara untuk indeks ASX 200 Australia pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati ANZAC Day.
Dari Korea Selatan, ekonominya tumbuh lebih dari yang diharapkan pada kuartal pertama 2023, memberi bank sentral Korea Selatan (Bank of Korea/BoK) ruang yang cukup bebas dalam menentukan kebijakan moneternya sembari menyoroti risiko pertumbuhan yang berkelanjutan.
Berdasarkan data dari BoK, produk domestik bruto (PDB) Korea Selatan tumbuh 0,3% pada kuartal I-2023 secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), dari sebelumnya pada kuartal IV-2022 yang berkontraksi 0,4%.
Angka tersebut juga lebih baik dari prediksi pasar dalam survei Reuters yang tumbuh 0,2%.
Sedangkan secara tahunan (year-on-year/yoy), pertumbuhan PDB Negeri Ginseng cenderung melambat pada kuartal I-2023, yakni naik 0,8%, dari sebelumnya pada kuartal IV-2022 yang tumbuh 1,3%.
Data tersebut akan menjadi tanda ‘selamat datang’ bagi pejabat BoK yang mencoba menyeimbangkan penjinakan inflasi dengan pertumbuhan ekonomi negara.
Angka-angka tersebut memberikan lebih banyak ruang bagi pembuat kebijakan untuk bersabar dalam menetapkan kebijakan.
BoK pada pertemuan sebelumnya telah mempertahankan suku bunga utamanya, mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi tahunan negara itu mungkin sedikit di bawah perkiraan sebelumnya 1,6%.
Pada saat yang sama, Gubernur BoK Rhee Chang-yong mengesampingkan kemungkinan pemotongan suku bunga sebelum inflasi menunjukkan tanda-tanda pelonggaran yang lebih jelas.
Perekonomian Korea Selatan telah diterpa oleh penurunan ekspor selama enam bulan terakhir yang ditandai dengan rekor defisit perdagangan pada Januari lalu di tengah jatuhnya harga semikonduktor.
Pasar perumahan lokal yang goyah dan pasar pembiayaan proyek serta ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China menambah risiko ekonomi ke depan.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah menguatnya mayoritas bursa saham AS, Wall Street kemarin.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,2% dan S&P 500 naik tipis 0,09%. Namun untuk indeks Nasdaq Composite melemah 0,29%.
Investor cenderung wait and see menunggu laporan keuangan perusahaan teknologi raksasa pada pekan ini.
Perusahaan yang akan mengeluarkan laporan keuangan pada pekan ini di antaranya adalah Microsoft (Selasa), induk Google Alphabet (Selasa), dan Amazon (Kamis).
“Semua orang menunggu laporan keuangan perusahaan teknologi. Pekan ini menjadi pekan yang amat, amat, amat sibuk karena ada laporan keuangan. Saat ini pergerakan saham tengah menguji pasar,” tutur Chris Harvey, head of equity strategy dari Wells Fargo Securities, dikutip dari CNBC International.
Dari bursa S&P dilaporkan dari perusahaan yang tercatat di indeks tersebut yang laporan keuangannya di atas ekspektasi mencapai 76%.
Namun, secara keseluruhan, earnings dari indeks S&P 500 akan turun 5,2% pada kuartal I-2023.
Investor juga tengah menunggu data ekonomi AS terbaru. Pada pekan ini, ada data penting seperti pertumbuhan ekonomi, pengeluaran konsumen, serta indeks keyakinan konsumen (IKK).
Data ini akan menjadi pertimbangan bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) untuk menentukan kebijakan suku bunga berikutnya pada pertemuan awal Mei mendatang.
Survei Fedwatch menunjukkan pasar kini bertaruh 92% jika The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bp).
Bursa Asia yang adem ayem berkebalikan dengan gelombang panas yang membuat sebagian Asia mendidih.
Sejumlah wilayah di banyak negara Asia kini sudah dan tengah dilanda gelombang panas. Di antaranya adalah Thailand yang menyentuh 44,6 derajat Celcius, Myanmar yang menembus 44,8 derajat Celcius, serta sebagian India uang berada di angka 45 derajat Celcius.