Hati-Hati, 4 Saham Penguasa IHSG Longsor

Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Saham empat bank raksasa (big four) terpantau terkoreksi pada perdagangan sesi I Rabu (15/2/2023), di tengah masih panasnya inflasi di Amerika Serikat (AS) dan sikap wait and see investor jelang pengumuman suku bunga Bank Indonesia (BI) besok.

Berikut pergerakan bank big four pada perdagangan sesi I hari ini.

Emiten Kode Saham Harga Terakhir Perubahan Harga
Bank Mandiri BMRI 10.225 -1,45%
Bank Central Asia BBCA 8.825 -1,40%
Bank Negara Indonesia BBNI 9.350 -1,06%
Bank Rakyat Indonesia BBRI 4.850 -0,41%

Sumber: RTI

Hingga pukul 09:30 WIB, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi yang paling parah koreksinya di awal sesi I hari ini yakni ambles 1,45% ke harga Rp 10.225/unit.

Sedangkan di posisi kedua terdapat saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang ambrol 1,4% ke Rp 8.825/unit.

Adapun untuk saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terkoreksi masing-masing 1,06% dan 0,41%.

Dari fundamentalnya, jika dilihat dari rasio price to earnings (PER) yang disetahunkan (annualized), saham BBNI menjadi yang paling murah dibandingkan dengan tiga bank jumbo lainnya, di mana PER BBNI saat ini mencapai 9.62 kali, sedangkan yang termahal yakni BBCA dengan PER-nya saat ini mencapai 27,08 kali.

Dari rasio harga per nilai buku (price to book value/PBV), saham BBNI juga jadi yang termurah yakni mencapai 1,29 kali, sedangkan termahal juga berada di saham BBCA yang mencapai 4,95 kali.

Inflasi di AS menjadi penyebab pasar kembali pesimistis. Pada Januari lalu, inflasi dilaporkan tumbuh 6,4% (year-on-year/yoy), turun dari bulan sebelumnya 6,5%. Tetapi, rilis tersebut lebih tinggi dari ekspektasi 6,2% (yoy).

Artinya, inflasi di AS masih sulit untuk turun. Pasar melihat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan kembali agresif menaikkan suku bunga acuannya.

Sebelumnya, pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga satu kali lagi pada Maret. Data terbaru dari perangkat FedWatch milik CME Group menunjukkan pasar melihat Jerome Powell dkk akan menaikkan suku bunga 3 kali lagi hingga menjadi 5,25% – 5,5%.

Artinya, ekspektasi tersebut lebih tinggi dari proyeksi The Fed 5% – 5,25%. Bukan tanpa alasan, Powell yang merupakan ketua The Fed sebelumya menyatakan suku bunga bisa lebih tinggi dari proyeksi jika inflasi kembali naik.

“Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya,” ujar Powell, sebagaimana dilansir CNBC International, Rabu (8/2/2023).

Sementara itu BI akan mengumumkan kebijakan moneter Kamis besok, sehingga investor cenderung wait and see pada hari ini.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia terbelah antara yang memproyeksikan kenaikan suku bunga acuan dan yang memperkirakan bank sentral akan menahan suku bunga acuan. Namun, mayoritas melihat BI tidak akan lagi mengerek suku bunga.

Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 10 lembaga/institusi memperkirakan bank sentral akan menahan suku bunga di level 5,75%.

Dua institusi memperkirakan BI akan mengerek BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 6,00%.

Dengan adanya risiko The Fed menaikkan suku bunga lebih tinggi, maka proyeksi terbaru dari BI akan sangat dinanti pelaku pasar.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*