Saham DBS Group, bank terbesar di Asia Tenggara, turun 1,4% pada hari Kamis, sehari setelah gangguan layanan digital mereka selama 10 jam. Otoritas Moneter Singapura (MAS) mengatakan bahwa gangguan tersebut “tidak dapat diterima” dan bank tersebut telah “mengecewakan harapan”.
Berdasarkan bobot indeks poinnya, DBS menjadi saham yang paling merugikan Indeks Straits Times Singapura pada hari Kamis.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Rabu malam, MAS mengatakan bahwa mereka menginstruksikan DBS untuk “melakukan investigasi menyeluruh untuk menetapkan penyebab utama dari gangguan tersebut dan melaporkan temuan investigasinya ke MAS”.
Bank sentral mengatakan bahwa mereka akan mengumpulkan “fakta-fakta yang diperlukan” sebelum mengambil tindakan yang sesuai.
Layanan digital DBS terganggu dari sekitar pukul 8:30 pagi pada hari Rabu hingga 17:45 waktu setempat. Pengguna tidak dapat mengakses layanan perbankan online atau melakukan perdagangan melalui brokeragenya.
Pada Rabu malam, bank tersebut mengumumkan bahwa mereka akan memperpanjang layanan perbankannya di semua cabangnya selama dua jam. DBS berusaha menjamin pelanggan bahwa sistemnya tidak terganggu dan deposito klien aman.
Dalam sebuah pernyataan di hari yang sama, Rabu, CEO DBS, Piyush Gupta mengatakan bahwa bank tersebut “kecewa” dengan insiden yang menimpa DBS.
“Kami menempatkan standar yang lebih tinggi untuk diri kami sendiri dan prioritas utama kami adalah meninjau kembali kejadian hari ini.” Tutur Piyush.
Mengingat pada November 2021 juga pernah terjadi gangguan, MAS saat itu memberlakukan persyaratan modal tambahan pada DBS setelah layanan perbankan digital bank tersebut terganggu selama dua hari.
DBS diwajibkan menerapkan penggandaan sebesar 1,5 kali dari aset berbobot risiko untuk risiko operasional, yang berarti 930 juta dolar Singapura (Rp 10,53 triliun) dalam modal peraturan tambahan.
Menurut Chong Beng Soon, profesor madya di Sekolah Bisnis Universitas Teknologi Nanyang, tidak mengherankan jika MAS memberlakukan hukuman serupa pada DBS untuk gangguan layanan pada hari Rabu kemarin.
Meski demikian, dia tidak mengharapkan insiden tersebut akan berdampak signifikan pada kepercayaan konsumen atau investor dalam jangka panjang.
Pada akhirnya, kekuatan cabang perbankan dan reputasi bank tersebut akan memungkinkan bank tersebut bertahan dari dampak negatif dari insiden tersebut.